|

Curcumae Rhizome

Nama Latin

Curcuma xanthorriza roxb.

Suku

Zingeberaceae

Pemerian

Bau aromatik; rasa tajam dan pahit.

Asal Simplisia

Jawa,Sumatera,Madura

Nama Daerah

Sunda : Koneng gede

Sumatra: Temulawak

Jawa : Temulawak

Madura : Temolabak

Pemeriksaan Makroskopik

Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, swering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga sampai coklat jingga terang.

Pemeriksaan Mikroskopik

Epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut, bersel 1. Hipedermis agak menggabus, dibawahnya terdapat periderm yang kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel parenkim yang berdinding tipis yang berisi butir pati, dalam parenkim tersebar banyak sel minyak yang berisi minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga, juga terdapat idioblas berisi hablur kalsium oksalat yang berbentuk jarum kecil. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang, panjang butir 20 um sampai 70 um, lebar 5 um sampai 30 um, tebal 3 um sampai 10 um, lamela jelas, hilus di tepi. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar tidak beraturan pada parenkim korteks dan pada silinder pusat; berkas pembuluh disebelah dalam endodermis tersusun dalam lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu dengan yang lainnya; pembuluh didampingi oleh sel sekresi, panjang sampai 200 um, berisi zat berbutir berwarna coklat yang dengan besi (III) Klorida LP menjadi lebih tua. Serbuk: Warna kuning coklat. Fragmen pengenal adalah butir pati, fragmen parenkim dengan sel minyak, fragmen berkas pembuluh, warna kuning intensif.

Identifikasi

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna ungu kecoklatan.

Pada 2 mg sebuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna ungu kecoklatan.

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v, terjadi warna merah kecoklatan.

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi merah kecoklatan.

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tewtes amonia (25%) P, terjadi warna merah kecoklatan.

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan kalium yodium P 6% b/v; terjadi warna hijau.

Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat.

Uji Kemurnian

Kadar abu Tidak lebih dari 4,4%

Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,74%

Kadar sari yang larut dalam air Tidak kurang dari 8,9%.

kadar sari yang larut dalam etanol Tidak kurang dari 3,55.

Bahan organik asing Tidak lebih dari 2%.

Khasiat

Menambah pengeluaran empedu, Membantu meredakan nyeri otot pinggang dan membantu melancarkan buang air seni.

Kandungan senyawa

Minyak atsiri mengandung siklo isoren, mirsen, d-kamfer, P-tolil metilkarbinol, zat warna kurkumin,xantorizol dan oleoresin


 

Curcumae domesticae rhizome

Nama Latin

Curcuma domestica Val.

Sinonim

Curcuma domestica Val.

C. domestica Rumph.

C. longa Auct.

Curcuma longa Linn.

Suku

Zingeberaceae

Pemerian

Bau khas aromatik;rasa agak pahit,agak pedas,lama kelamaan menimbulkan rasa tebal

Asal Simplisia

Asia tenggara

Nama Daerah

Sumatra : Kunyet (Aceh), Hunik (Batak), Undre (Nias)

Jawa : Kunyir, Koneng (Sunda), Kunir (Jawa)

Kalimantan : Kunit, Janar (Banjar), Cahang (Dayak)

Sulawesi : Kuni (Toraja), Kunyi (Makasar)

Irian : Rame, Mingguai

Pemeriksaan Makroskopik

Kepingan:ringan,rapuh,warna kuning jingga,kuning jinggakemerahan sampai kuning jingga kecoklatan,bentuk hampir bundar sampai bulat panjang,kadang – kadang bercabang;lebar 0,5cm sampai 3cm,panjang 2 cm – 6 cm,tebal 1mm sampai 5mm;umumnya melengkung tidak beraturan,kadang – kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.Batas korteks dan silinder pusat kadang – kadang jelas.Bekas patahan;Agak rata,berdebu,warna kuning jingga sampai coklat kemerahan.

Pemeriksaan Mikroskopik

Epidermis : satu lapis sel, pipih berbentuk poligonal, dinding sel menggabus. Rambut penutup : berbentuk kerucut, lurus atau agak bengkok; panjang 250 µm sampai 890 µm, dinding tebal. Hipodermis : terdiri dari beberapa lapis sel terentang tangensial , dinding sel menggabus. Periderm : terdiri dari 6 lapis sampai 9 lapis sel berbentuk segi panjang, dinding menggabus. Korteks dan silibder pusat : parenkimatik, terdiri dari sel-sel besar, penuh berisi pati. Butir pati: tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur dengan satu ujung mempunyai tonjolan atau berbentuk bulat sampai hampir segitiga dengan satu sisi membulat; lamela kurang jelas ; hilus yang kurang jelas terdapat pada tonjolan di ujung butir; panjang 10 µm sampai 60 µm, umumnya 20 µm sampai 40 µm, lebar 10 µm sampai 28 µm, umumnya 14 µm sampai 20 µm. Sel sekresi : banyak tersebar, bentuk bulat atau lonjong berisi minyak berwarna kuning jingga yang sebagian mendamar dan berwarna coklat kekuningan; pada penambahan besi (III) klorida LP warna menjadi lebih tua. Berkas pembuluh : kolateral, tersebar tidak beraturan pada korteks dan pada silinder pusat, berkas pembuluh dibawah endodermis tersusun dalam lingkaran, kadang-kadang berkas pembuluh dikelilingi sel parenkim yang tersusun menjari; pembuluh kayu umumnya terdiri dari pembuluh tangga dan pembuluh jala, lebar 20 µm sampai 80 µm, tidak berlignin. Endodermis : terdiri dari 1 lapis sel terentang tangensial, dinding radial menebal, tidak terdapat pati.

Serbuk : warna kuning sampai kuning jingga. Fragmen pengenal adalah butir pati; gumpalan tidak beraturan zat berwarna kuning sampai kuning coklat; parenkim dengan sel sekresi; fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala; fragmen rambut penutup warna kuning; tidak terdapat serabut.

Identifikasi

a. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna merah darah.

b. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna coklat.

c. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.

d. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna jingga.

e. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna merah jingga.

f. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat.

g. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v; terjadi warna merah jambu.

Uji Kemurnian

Kadar abu : tidak lebih dari 9%

Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 1,6%

Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 15%

Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 10%

Bahan organik asing tidak lebih dari 2%

Penyimpanan

Khasiat

Kholagogum

Kandungan senyawa

minyak atsiri 3-5%, kurkumin, pati, tanin, damar

|

Paederiae Folium

Nama Latin

Paederia foetida L.

Sinonim

Paederia scandens (Lour.) Merr. ; P. chinensis Hance. ; Paederia foetida Auct. non L; Paederia tomentosa, Bl.

Suku

Rubiaceae

Pemerian

Bau busuk, khas; mula-mula tidak berasa, lama-lama terasa sedikit pahit, netral.

Asal Simplisia

Jawa, Maluku, Sumatera

Nama Daerah

Sunda : Kahitutan

Jawa : Kasembukan, kasembhukan

Madura : Bintaos, kasembhukan

Ternate (Maluku) : Guni siki

Sumatera : Daun kentut, sembukan

China : Ji shi teng

Pemeriksaan Makroskopik

Daun tunggal, berbulu. Daun bertangkai yang panjangnya 1-5 cm, letak berhadapan, bentuknya bundar telur sampai lonjong atau lanset. Pangkal daun berbentuk jantung, ujung runcing / lancip, pinggir daun rata. Helaian daun panjang 3 sampai 12,5 cm, lebar 2 sampai 7 cm. Permukaan atas berwarna coklat kehitaman, berambut atau gundul, permukaan bawah berwarna kelabu kecoklatan ; permukaan atas berambut rapat atau jarang, permukaan bawah terasa lebih halus dan jelas berambut, tulang daun pada permukaan bawah lebih menonjol daripada permukaan atas, tulang daun menyirip, bila diremas berbau kentut. Panjang tangkai daun 1 sampai 5 cm. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai, keluar dari ketiak daun atau ujung percabangan. Mahkota bunga berwarna putih, bagian dalam tabung berwarna ungu gelap. Buah bulat, warnanya kuning, mengkilap, panjang 4-6 mm. Buah batu, warna kuning

Pemeriksaan Mikroskopik

Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel besar berbentuk segi empat sampai hampir bundar panjang, dinding tipis, tidak terdapat stomata; rambut penutup terdiri dari 3 sampai 8 sel, umumnya 5 sel. Sel epidermis bawah lebih kecil daripada sel epidermis atas, bentuk segi empat dinding sel tipis, rambut penutup berbentuk kerucut, terdiri dari 1 sampai 8 sel, umumnya 5 sel. Panjang rambut 50 μm sampai 360 μm. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel, berbentuk silindrik dan tersusun rapat satu sama lain; jaringan palisade di dekat tulang daun terdiri dari 2 lapis sel dengan batas yang tidak jelas. Jaringan bunga karang terdiri dari 3 samapi 4 lapis sel, tersusun agak renggang. Berkas pembuluh tipe kolateral, jaringan parenkim di dalam tulang daun terdiri sel-sel yang bentuknya membulat. Hablur kalsium oksalat bentuk rafida terdapat di dalam jaringan parenkim tulang daun dan jaringan bunga karang. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas berbentuk poligonal dengan dinding samping lurus, kutikula tipis bergaris. Epidermis bawah berbentuk poligonal, dinding samping bekelok-kelok, kutikula jelas bergaris, stomata tipe anomositik. Serbuk berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah, framgmen mesofil, fragmen rambut penutup, fragmen berkas pembuluh.

Deskripsi tanaman

Semak semusim, membelit, batang masif beruas, berakar, dari buku-buku tumbuh akar, warna cokelat. Herba tahunan, berbatang memanjat, pangkal berkayu, panjang 3-5 m. Tumbuh liar di lapangan terbuka, semak belukar atau di tebing sungai, kadang dirambatkan dipagar halaman sebagai tanaman obat dan dapat ditemukan dari 1-2. 1 00 m dpi. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.

Identifikasi

  1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna kuning.
  2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna hijau.
  3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v ; terjadi warna kuning.
  4. Timbang 300 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan di atas tangas air selama 2 menit, dinginkan. Saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama lempeng KLT tutulkan 25 μl filtrat, pada titik kedua tutulkan 10 μl zat warna II LP. Elusi dengan campuran etil asetat P-metil etil keton P-asam format P-air (50+30+10+10) dengan jarak rambat 15 cm. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan aluminium klorida LP, keringkan di udara. Amati lempeng dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut :

No. 

hRx

Dengan sinar biasa 

Dengan sinar UV 366 nm 

Tanpa pereaksi

Dengan pereaksi 

Tanpa pereaksi 

Dengan pereaksi 

1. 

103-113

-

-

-

kuning kehijauan

2.

119-130

-

-

biru

biru

3. 

144-154 

biru 

biru 

Catatan : Harga Rx dihitung terhadap bercak warna biru kromatogram zat warna biru kromatogram, zat warna II LP. hRf bercak warna biru = 52

Kadar abu Tidak lebih dari 7%.

Kadar abu yang tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 21%.

Kadar sari yang larut dalam air Tidak kurang dari 21%.

Kadar sari yang larut dalam etanol Tidak kurang dari 5%.

Bahan organik asing Tidak lebih dari 2%.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

Antiinflamasi; Stomakik; Antirematik; Diuretik; Obat kembung (Karminatif); Radang usus (enteritis); Bronkhitis; Reumatik; tulang patah; keseleo; Kejang; perut kembung; Sakit kuning (hepatitis); disentri; batuk; Keracunan organik, Kencing tidak lancer; Luka benturan.

Kandungan senyawa

Glikosida iridoid asperulin, aukobin, paederosid dan arbutin, triterpen dan sistosteral, paederon dan paederolon, peifridenalol asetat, metal merkaptan, alkaloid indo, Paederina, Asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paederosidic acid dan gama-sitosterol, arbutin, oleanolic acid dan minyak menguap.

|

GRANATI PERICARPIUM

KULIT BUAH DELIMA


 

Kulit buah delima adalah kulit buah punica granatum L., yang masak suku Punicaceae


 

Pemerian.

Tidak berbau; rasa agak pahit sangat kelat

Makroskopik:

Kulit buah. Berupa potongan, warna coklat, bentuk seperempat bola dengan garis tengah 3 cm sampai 5 cm, tebal 3 mm samapi 5 mm. Pada bagian pangkal umumnya terdapat sisa gangang buah, pada bagian ujung terdapat sisa dasar bunga berbentuk tabung, tinggi sampai lebih kurang 1 cm, lebar sampai lebih kurang 1,5 cm. Permukaan dalam tabung berwarna coklat tua kemerahan, dalam tabung terdapat banyak sisa tangkai sari, di dasar tabung terdapat sisa tangkai putik berbentuk silindrik. Permukaan luar kulit buah agak kasar, agak mengkilat, warna kecoklatan atau coklat kemerahan sampai coklat kehitaman, kadang-kadang terdapt bercak-bercak agak menonjol berwarna lebih tua. Permukaan dalam kulit buah licin dan berwarna kuning sampai kuning kecoklatan. Terdapat sisa sekat buah dan sisa tembuni terutama pada bagian ujung. Permukaan dalam di antara sekat buah berbentuk persegi empat sampai segi enam dengan batas-batas yang jelas. Di dalam segi enam tersebut kadang-kadang terdapat biji. Biji berbentuk bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih. Bekas patahan kulit buah tidak rata , berbutir-butir , warna kuning sampai kecoklatan.

Mikroskopik:

Pada penampang melintang kulit buah tampak epidermis luar terdiri dari satu lapis sel, berbentuk poligonal tidak beraturan,dinding luar agak tebal tidak berlignin, kutikula sangat tebal dan licin. Epidermis dalam terdiri dari satu lapis sel berbentuk serupa dengan sel epidermis luar, berukuran sedikit lebih besar. Di bawah epidermis pada umumnya terdapat datu lapis atau dua lapis sel yang berbentuk menyerupai epidermis luar. Jaringan parenkimatik mesokarp umumnya terdiri dari sel berbentuk poligonal tidak beraturan, dinding tipis, berisi bulir pati atau zat samak. Sklereida banyak, tersebar, tunggal atu berkelompok, umumnya berkelompok; dinding sel sangat tebal, berlapis-lapis dan berlignin dengan lugmen sempit, atau berdinding kurang tebal dengan lugmen lebih lebar; saluran noktah jelas. Berkas pembuluh tipe kolateral, tersebar di antara parenkim, desertai serabut yang berdinding agak tebal, tidak berlignin. Hablur Kalsium Oksalat bentuk roset. Serbuk berwarna kuning kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar; fragmen parenkim; fragmen sklereida, fragmen pembuluh kayu, fragmen biji.


 

Identifikasi

  1. Pada 2 mg serbuk kulit buah tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat.
  2. Pada 2 mg serbuk kulit buah tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna kuning.
  3. Pada 2 mg serbuk kulit buah tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna coklat.
  4. Pada 2 mg serbuk kulit buah tambahkan 5 tetes besi (III) klorida LP; terjadi warna biru hitam.

    Kadar abu. Tidak lebih dari 4%

    Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%

    Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 30%

    Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 15%

    Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%

    Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik.

    Isi.

    Tanin sampai lebih kurang 20%; alkaloid yang terdiri dari peletierina, metil-peletierina, psendo-peletierina, iso-peletierina dan metil-peletierina.

    Penggunaan.

    Berasal dari Asia Barat (Persia) ditanam di mana-mana termasuk di Inonesia, tumbuh pada ketinggian 1-1500 M dari permukaan laut

    Perdu tingginya 1-5 M,bunganya merah, kulit batang mengandung tannin, Pelletierine, Iso-pelletierine, Pseudopelletierinr

    Buah        : dapat dimakan

    Daun        : dicampur dengan asam untuk memBUAT TINTA

    Bunga        : radang selaput lendir gusi, terlalu gemuk

    Buah        : disentri dan radang amandel

    Kulit akar    : mencret dan cacingan, pengelat usus (astringen usus)

    Kulit buah    : keputihan

    Nama daerah:

    Sumatera: Kulit buah Glima glineu mekah, kulit buah dalimo, kulit buah ende limau.

    Jawa: Kulit buah Dlima, kulit buah gangsalan, kulit buah dhalima.

    Nusa tenggara: Kulit buah jeliman, kulit buah talima, kulit buah dila dae lok, kulit buah lel kase, kulit buah rumau.

|

GRANATI CORTEX

Kulit Batang Delima


 

Kulit batang delima adalah kulit Punica graatum L., suku Punicaceae

Pemerian.

Bau lemah, rasa agak kelat.

Makroskopik.

Potongan kulit, agak tergulung pada kedua sisinya, pada permukaan luar terdapat lapisan gabus tipis, warna coklat kehitaman dan sukar dikelupas, permukaan dalam berwarna coklat muda; mudah dipatahkan, bekas patahan berwarna coklat muda.

Mikroskopik.

Pada penampang melintang kulit tampak jaringan gabus yang terdiri dari beberapa lapis sel dengan penebalan bentuk U. Korteks terdiri dari parenkim dengan sel berdinding tipis, berisi bulir pati; sel idioblas zat samak berbentuk bulat panjang dan lebih besar dari sel parenkim. Floem terdiri dari pembuluh tapis, parenkim floem dengan ukuran sel lebih kecil dari parenkim korteks dan berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet-deret, dan juga berisi butir pati; jari-jari empulur terdiri dari 1 baris sel. Serbuk berwarna kuning kotor. Fragmen pengenal adalah jaringan gabuus dengan penebalan bentuk U, dinding bernoktah, sel sekresi berisi zat berwarna kuning dan zat samak; parenkim dengan hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet-deret; tampak pula hablur dan butir pati yang lepas


 


 


 

Identifikasi.

  1. Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat kekuningan.
  2. Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna kuning kehijauan
  3. Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi warna kuning
  4. Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna coklat kemerahan
  5. Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna biru kehitamn
  6. Timbang 300 mg serbuk kulit batang campur dengan 5 mL methanol P dan panaskan di atas tangas air selama 2 menit, denginkan dan saring. Cuci endapan dengan methanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 mL filtrat.


 

Pada titik pertama, kedua dan ketiga dari lempeng KLT tutulkan masing-masing sebanyak 40 ml filtrat. Pada titik keempat tutulkan 50 ml zat warna I LP. Eluasi dengan dikloroetana P dngan jarak rambat 15 cm. Keringkan lempeng di udara selam 10 menit, eluasi lagi dengan toluene P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar Ultraviolet 366 nm. Selanjutnya semprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP., panaskan pada suhu 110OC selama 10 menit. Amati lagi dengan sinar biasa dan sianar ultraviolet 366nm. Dengan perlakuayang sama seperti cara kerja yang di atas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi ALCl3 LP. Pada kromatogra tampak bercak-bercak dengan wana dan hRX sebgai berikut.

No. 

hRX

Dengan sinar biasa 

Dengan sinar UV 366 nm 

Tanpa pereaksi

Dengan pereaksi 

Tanpa pereaksi 

Dengan pereaksi 

I 

II 

I 

II 

1. 

3-6 

Kuning  

Ungu 

- 

Kuning 

Violet 

Violet 

2. 

8-13 

Hijau 

Ungu 

Hijau 

Merah 

merah 

merah 

3. 

22-28 

Hijau 

- 

Hijau 

Merah 

merah 

merah 

4. 

30-33 

- 

Violet 

- 

- 

 

- 

5. 

128-132 

Violet 

- 

- 

- 

Violet 

- 


 

Kadar abu. Tidak lebih dari 6%.

Kadar abu yang tidak larut asam. Tidak lebih dari 1%

Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20%.

Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 13%.

Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.

Penyimpanan. Dalam wadah tertutup.

Isi. Akaloid, tannin, gula.

Penggunaan. Pengelat (astringen).


 

Nama daerah.

Sumatera: Glima glineu mekah, dalimo, ende limau.

Jawa: Dlima, gangsalan, dhalima.

Nusa tenggara: Jeliman, talima dila dae lok, lelo kase, rumau.

|

ELEPHANTOPI FOLIUM

Daun TapakLiman


Daun tapak liman adalah daun Elephantopus scaber L.


Pemerian: tidak berbau; rasa, mula-mula tidak berasa, lama-lama agak pahit.


Makroskopik:

Daun tunggal, warna hijau tua sampai hijau kelabu, rapuh, bentuk jorong sampai bulat telur sungsang, ujung runcing, pangkal daun mengecil, panjang daun 5cm sampai 25cm, umumnya 20cm, lebar 2cm sampai 7cm, umumnya 5cm. tepi daun tidak berlekuk atau berlekuk tidak beraturan, bergerigi tidak rata, permukaan daun berambut. Pada permukaan bawah, tulang daun lebih menonjol dari pada permukaan atas. Tangkai daun, panjang lebih kurang 2cm, berbentuk seperti pelepah, bagian pangkal membungkus batang.


Mikroskopik:

Epidermis atas, jernih, pada penampang tangensial berbentuk persegi panjang sampai poligonal dengan dinding samping lurus atau agak bergelombang. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel epidermis bawah. Stomata tipe anomositik (ranunculaceae) terdapat lebih banyak di epidermis bawah daripada di epidermis atas. Rambut penutup terdiri dari rambut penutup berdinding tebal dan rambut penutp berdinding tipis; rambut penutup berdinding tebal mempunyai sel pangkal lebar dan 1 sel ujung yang panjang, berbentuk kerucut ramping dan ujung sel tebal, runcing, rongga sel kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan; rambut penutup berdinding tipis terdiri dari 2 sel dengan sel pangkal lebih kecil dan lebih pendek dari sel ujung. Rambut penutup berdinding tebal pada epidermis atas umumnya lebih panjang daripada yang terdapat di epidermis bawah. Panjang rambut penutup 270 m sampai 1.650m, umumnya 400m sampai 550m. Rambut kelenjar tipe Asteraceae (Compositae), terdapat epidermis atas dan bawah. Jaringan palisade terdiri dari 1 sampai 2 lapisan sel silindrik. Jaringan bungakarang terdiri dari beberapa lapis sel bungakarang yang tersusun agak rapat. Di dalam mesofil dan didalam jaringan parenkim dari tulang daun terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan prisma. Berkas pembuluh tipe kolateral.

Serbuk: warna hijau tua. Fragmen pengenal adalah rambut penutup berdinding tebal, utuh atau terpotong-potong, kadang-kadang dengan gelembung udara; rambut penutup berdinding tipis; fragmen epidermis atas dan epidermis bawah; serabut sklerenkim; hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan prisma; pembuluh kayu denangan penebalan tangga dan spiral.


Identifikasi

  1. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat; terjadi warna hijau.
  2. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna kuning
  3. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan hidroksida P 5% b/v; terjadi warna coklat.
  4. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%b/v; terjadi warna coklat.
  5. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%)P; terjadi warna coklat.
  6. Timbang 500mg serbuk daun, campur dengan 5 ml methanol P dan panaskan dalam tangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan methanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrate. Pada titik pertama lempeng KLT silica gel GF254 P tutulkan 35µl filtrate, pada asetat P-metiletil-keton P-asam format-air (50+30+10+10) dengan jarak rambat 15 cm. amati dengan sinar biasa dan dengan UV 366nm. Pada kromatrogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:

Kadar abu. Tidak lebih dari 19,4%

Kadar abu tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 8,8%

Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 14,2%

Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 5,1%

Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%

Penyimpanan. Dalam wadah tertutup


Isi simplisia

Flavonoida luteolin 7-glukosida

Penggunaan simplisia

Antidemam, astrigen



Tambahan lain selain monografi :


Sumatera : Tutup bumi(M)

Jawa : Balagaduk, Jukut Cangcang, Tapak Liman(Sd) (J), Tapak tangan(J), Talpak tana(Md).

Di padang rumput, pinggir jalan, selokan sawah, pinggiran hutan (1-1500 M, dpl)

Terna (0,1-0,8 M)

Daun : kurang darah, disentri, demam batuk, kurang air susu, seriawan, mencret

Daun dan akar : malaria, panas

Herba : radang rahim, keputihan, cacar air

Patogenesis Virus

|

Patogenesis virus merupakan suatu tahap akhir terjadinya penyakit setelah infeksi virus. Patogenesis virus ini berakibat timbulnya suatu penyakit klinis atau subklinis (tidak bergejala) yang merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor dengan virus dan inang.

Tahapan dalam patogenesis masuknya virus ke dalam tubuh inang pembawa sering terjadi melalui selaput lendir saluran napas dan dapat pula terjadi melalui selaput lendir pencernaan atau saluran kemih, namun terkadang dapat pula akibat suntikan langsung virus ke dalam aliran darah melalui suntikan atau gigitan serangga.

Penyakit akibat petogenesis virus dapat berupa infeksi subklinik (bergejala) dan klinis:

a. Penyakit patogenesis bergejala

Disebut juga infeksi subklinik karena tidak tampak adanya gejala klinik. Sebagai besar infeksi virus hanya mengakibatkan infeksi subklinik dan dapat merangsang kekebalan humoral maupun seluler.

b. Penyakit virus klinis

Jenis penyakit patogenesis ini sering tergantung dari banyaknya virus yang masuk dan tidak selalu terjadi pada tiap infeksi sehingga bukan merupakan indeks infeksi virus yang tepat. Jenis penyakit ini jauh lebih jarang daripada infeksi subklinik dan penyakit golongan ini berkaitan dengan organ sasaran tertentu untuk suatu virus tertentu.

Jenis-jenis infeksipada tahapan patogenesis dibagi dalam tahap-tahap:

a. Infeksi tidak nyata

Infeksi jenis ini memiliki ciri dan sifat sebagai berikut:

· Terjadi bila jumlah sel yang terinfeksi tidak cukup banyak untuk dapat menimbulkan gejala klinik.

· Disebut pula penyakit subklinik.

· Dapat merangsang pembuatan antibodi yang cukup banyak sehingga tubuh menjadi kebal terhadap infeksi serupa berikutnya.

· Sering terjadi jika jumlahnya virus yang masuk hanya sedikit atu virus tidak dapat mencapai organ sasaran.

b. Infeksi akut

· Terjadi jika gejala klinik penyakit hanya tampak dalam waktu yang pendek setelah masa inkubasi.

· Sembuh jika virus dapat dienyahkan dari dalam tubuh.

· Dibagi menjadi infeksi lokal atau menyebar, tergantung apakah virus langsung berada pada organ sasaran atau harus berjala dari tempat infeksi ke tempat organ sasaran.

· Dapat berkembang menjadi infeksi menetap atau laten.

c. Infeksi menetap

· Virus infektif terus berada di dalam tubuh untuk jangka waktu lama.

· Mungkin ada gejala klinik atau tanpa gejala.

· Dapat berkembang menjadi pembawa virus atau karier.

d. Infeksi laten

· Virus penginfeksi tetap berada di dalam tubuh dalam bentuk noninfektif tetapi secara periodik dapat diaktifkan kembali menjadi virus infektif yang menimbulkan penyakit klinis.

· Disebut juga penyakit kambuhan.

e. Infeksi lambat

· Masa inkubasi sangat lama.

· Selama masa inkubasi tidak tampak gejala klinis dan tidak terbentuk virus infektif.

· Sering berupa penyakit virus pada susunan saraf pusat yang bersifat kronis, progresif dan faal (misal penyakit Kuru).

Pola penyakit yang ditimbulkan akibat infeksi patogenesis ini dapat berupa efek lokal dan menyebar :

a. Infeksi virus penyakit dalam efek setempat

· Terjadi bila perkembangan virus dan kerusakan sel bersifat lokal pada tempat virus masuk dalam tubuh.

· Masa inkubasi pendek.

· Mungkin menunjukan gejala sistemik (demam)

· Tidak terjadi viremia (virion di dalam darah)

· Terjadi pada saluran nafas (influenza,batuk,pilek), saluran pencernaan (picornavirus dan rotavirus), saluran urogenital (kutil kelamin) dan mata (Adenovirus)

· Hanya merangsang respons imun yang lebih lemah dari pada infeksi yang menyebar

b. Infeksi menyebar

· Virus menyebar dari tempat masuknya ke dalam tubuh menuju organ sasaran

· Masa inkubasi moderat (beberapa minggu)

· Gejala klinik utama diakibatkan oleh infeksi pada satu organ sasaran,meskipun terjadi pada organ lain

Materi Penyusunan Sel

|

A. BAHAN ORGANIS

1. Air

60 – 95 % isi sel terdiri atas H2O. Kadar ini sesuai dengan hidup makluk. fungsinya pelarut, bahan suspensi, hidrolisa, pengangkut, menciptakan selaput air, bahan sintesa karbohidrat.

2. Gas

Ada 4 macam gas yang terdapat dalam sel :

- Oksigen (O2)

Adalah ampas sintesa karbohidrat oleh tumbuhan hijau. Oksigen masuk ke dalam sel lewat pernapasan. Di udara bebas terdapat 21%, di air sekitar 0,5%. Fungsinya sebagai oksidasi zat makanan.

- Karbodioksida (CO2)

Karbondioksida berupa ampas oksidasi. Kadar CO2 di udara0,04%. Dari gas ini terdapat unbsur C dan O dalam molekul karbohidrat. Fungsi di tumbuhan sebagai sintesa karbohidrat.

- Nitrogen

Bagi sel tidak terpakai, meski ikut masuk bersama gas pernapasan. Unsur nitrogen baru bisa diikat oleh sel kalau sudah dalam ikatan ion nitrat (NO3-), meski sebagian kecil makhluk ada juga yang dapat mempergunakan ion ammonium (NH4-).

- Amonia

Ampas metabolisme protein dalam sel hewan. Amonia sangat meracun bagi sel itu dan harus dikeluarkan dan dinetralkan sementara sebelum diekskresi.

3. Garam Mineral

Meliputi C,H,O,P,K,I,N,S,Ca,Fe,Mg,Na,Cl,Cu,Mn,Zn dan Mo,Ca,Mg,Na,k,p,s,Cl membina 60-80% bahan kimia sel. Al,Bo,Se,Cd,Cr,Va diperlukan dalam kadar yang rendah. Biasanya berbentuk ion, dan banyak yang bersenyawa dengan bahan organis.

4. Karbohidrat

Membina 1 % protoplasma tumbuhan dan hewan terdiri atas :

- monosakarida

- disakarida

- polisakarida

5. Lemak

Terdiri dari unsur C,H, dan O. O lebih sedikit dan H lebih banyak daripada karbohidrat. Lemak mengandung asam lemak yang C-nya jenuh. Minyak mengandung asam lemak yang C-nya tidak jenuh.

Fungsi: - Komponen utama unit membrane dalam sel, dan disebut juga zat pembangun.

- Sumber energi selain karbohidrat.

- Sebagai bantalan terhadap suhu, tekanan fisik.

6. Protein

Terdiri dari unsur C,H,O dan N, Kadang-kadang S dan P, Unsur N merupakan ciri dari protein. Protein merupakan bahan pokok untuk membuat unit membran organel kromatin, enzim, dan serat intra dan extra seluler dan juga sebagai zat pembangun bersama lemak. Dan juga sebagai pengganti sel-sel tubuh yang rusak.

7. Asam inti

Terdiri dari ARN dan AND, AND adalah sumber genetis aktivitas sel, ARN adalah pelaksana informasi (sistesa protein), dan merupakan asam penyusun inti sel.

8. Enzim

Bekerja sebagai katalisa, Dihasilkan di RE (Retikulum Endoplasma),Dihasilkan sedikit tetapi kemampuannya sangat besar. Fungsinya sebagai katalisator yaitu mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh tetapi tidak ikut bereaksi.

9. Vitamin

Selalu mengandung gugus amine

Ada 2 golongan

- larut dalam air : B dan C

- larut dalam lemak : A,D,E,K

Fungsi: - memelihara fungsi metabolisme supaya normal.

- membina berbagai zat dan melancarkan reaksi kimia.

10. Hormon

Hormon dihasilkan oleh sel tertentu dalam jaringan epitel atau suatu kelenjar endokrin.

Susunan kimia :

- Peptida - Steroid

- Protein - Amine

- Glikoprotein

Fungsinya mengkoordinasi segala proses dalam tubuh agar berjalan normal dan bekerja sama dengan neurotransmitter dan rangsang listrik.

11. Antobodi

Tergolong glikoprotein. Protein : glubulin/imunoglobin (19) yang diproduksi dalam RE kasar yang berasternal besar dan gelembung. Fungsinya menyerang antigen yang dihasilkan benda asing yang masuk ke dalam sel atau berada di dalam cairan intraseluler, sehingga berfungsi sebagai daya tahan tubuh.