GRANATI CORTEX
Kulit Batang Delima
Kulit batang delima adalah kulit Punica graatum L., suku Punicaceae
Pemerian.
Bau lemah, rasa agak kelat.
Makroskopik.
Potongan kulit, agak tergulung pada kedua sisinya, pada permukaan luar terdapat lapisan gabus tipis, warna coklat kehitaman dan sukar dikelupas, permukaan dalam berwarna coklat muda; mudah dipatahkan, bekas patahan berwarna coklat muda.
Mikroskopik.
Pada penampang melintang kulit tampak jaringan gabus yang terdiri dari beberapa lapis sel dengan penebalan bentuk U. Korteks terdiri dari parenkim dengan sel berdinding tipis, berisi bulir pati; sel idioblas zat samak berbentuk bulat panjang dan lebih besar dari sel parenkim. Floem terdiri dari pembuluh tapis, parenkim floem dengan ukuran sel lebih kecil dari parenkim korteks dan berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet-deret, dan juga berisi butir pati; jari-jari empulur terdiri dari 1 baris sel. Serbuk berwarna kuning kotor. Fragmen pengenal adalah jaringan gabuus dengan penebalan bentuk U, dinding bernoktah, sel sekresi berisi zat berwarna kuning dan zat samak; parenkim dengan hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet-deret; tampak pula hablur dan butir pati yang lepas
Identifikasi.
- Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat kekuningan.
- Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna kuning kehijauan
- Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi warna kuning
- Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna coklat kemerahan
- Pada 2 mg serbuk kulit batang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna biru kehitamn
- Timbang 300 mg serbuk kulit batang campur dengan 5 mL methanol P dan panaskan di atas tangas air selama 2 menit, denginkan dan saring. Cuci endapan dengan methanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 mL filtrat.
Pada titik pertama, kedua dan ketiga dari lempeng KLT tutulkan masing-masing sebanyak 40 ml filtrat. Pada titik keempat tutulkan 50 ml zat warna I LP. Eluasi dengan dikloroetana P dngan jarak rambat 15 cm. Keringkan lempeng di udara selam 10 menit, eluasi lagi dengan toluene P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar Ultraviolet 366 nm. Selanjutnya semprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP., panaskan pada suhu 110OC selama 10 menit. Amati lagi dengan sinar biasa dan sianar ultraviolet 366nm. Dengan perlakuayang sama seperti cara kerja yang di atas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi ALCl3 LP. Pada kromatogra tampak bercak-bercak dengan wana dan hRX sebgai berikut.
No. | hRX | Dengan sinar biasa | Dengan sinar UV 366 nm | ||||
Tanpa pereaksi | Dengan pereaksi | Tanpa pereaksi | Dengan pereaksi | ||||
I | II | I | II | ||||
1. | 3-6 | Kuning | Ungu | - | Kuning | Violet | Violet |
2. | 8-13 | Hijau | Ungu | Hijau | Merah | merah | merah |
3. | 22-28 | Hijau | - | Hijau | Merah | merah | merah |
4. | 30-33 | - | Violet | - | - | - | |
5. | 128-132 | Violet | - | - | - | Violet | - |
Kadar abu. Tidak lebih dari 6%.
Kadar abu yang tidak larut asam. Tidak lebih dari 1%
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 13%.
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup.
Isi. Akaloid, tannin, gula.
Penggunaan. Pengelat (astringen).
Nama daerah.
Sumatera: Glima glineu mekah, dalimo, ende limau.
Jawa: Dlima, gangsalan, dhalima.
Nusa tenggara: Jeliman, talima dila dae lok, lelo kase, rumau.
0 comments:
Posting Komentar