BEberapa MAsalah TEntang ETIKA LIngkungan

|

I. PENGERTIAN ETIKA LINGKUNGAN

Isu – isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Para penganut utilitarianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan dating dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

Etika lingkungan disebut juga etika ekologi. Etika ekologi selanjutnya dibedakan menjadi 2, yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal.yang dimaksud etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur memiliki arti dan makna yang sama. Etika ekologi ini memiliki prinsip bahwa semua bentuk keehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup, dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik.

Sedangkan etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan yang mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal – hal berikut ini:

1. Manusia terpisah dari alam.

2. Mengutamakan hak – hak manusia atas alam, tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.

3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.

4. Kebijakan dan manajemen sumber daya alam untuk kepentingan manusia.

5. Norma utama adalah untung rugi.

6. Mengutamakan rencana jangka pendek.

7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk, khususnya di negara miskin.

8. menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

II. TEORI ETIKA LINGKUNGAN

Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adanya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral. Berikut contoh-contoh teori etika lingkungan:

1. ANTROPOSENTRISME

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung.

Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya Etika lingkungan yang bercorak antroposentrisme merupakan sebuah kesalahan cara pandang Barat, yang bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, di mana perhatian utamanya menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia. Maksudnya, dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satu-satunya pusat pertimbangan, dan yang dianggap relevan dalam pertimbangan moral, yang dilihat dalam istilah Frankena--sebagai satu-satunya moral patient. Akibatnya, secara teleologis, diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak mungkin bagi spesies manusia dan dihindari akibat buruk sebanyak mungkin bagi spesies itu. Etika antroposentrisme ini dalam pandangan Arne Naess dikategorikan sebagai Shallow Ecology (kepedulian lingkungan yang dangkal).

2. EKOSENTRISME

Etika ekosentris merupakan aliran etika yang ideal sebagai pendekatan dalam mengatasi krisis ekologi dewasa ini. Hal ini disebabkan karena etika ekosentris lebih berpihak pada lingkungan secara keseluruhan, baik biotikmaupun abiotik. Hal terpenting dalam pelestarian lingkungan menurut etika ekosentris adalah tetap bertahannya segala yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. Benda-benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri seperti halnya manusia, oleh karena itu diperkirakan memilliki haknya sendiri juga. Karena pandangan yang demikian maka etika ini sering kali disebut juga deep ecology (J. Sudriyanto, 1992: 243).

Deep ecology juga disebut etika bumi. Bumi dianggap memperluas ikatan-ikatan komunitas secara kolektif yang terdiri atas manusia, tanah, air, tanaman, binatang. Bumi mengubah peran homo sapiens manusia menjadi bagian susunan warga dirinya. Sifat holistik ini menjadikan adanya rasa hormat terhadap bagian yang lain. Etika ekosentris mempercayai bahwa segala sesuatu selalu dalam hubungan dengan yang lain, di samping keseluruhan bukanlah sekedar penjumlahan-penjumlahan. Jika bagian berubah, keseluruhan akan berubah pula. Tidak ada bagian dalam sesuatu ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Etika ini dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. Etika ini menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar sesuatu.

3. TEOSENTRISME

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism ini, konsep-konsep etika dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan dibatasi oleh norma-norma agama. Norma-norma agama di setiap daerah sendiri berbeda-beda. Misalnya untuk di daerah Bali, konsep yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

III. PENYIMPANGAN ETIKA LINGKUNGAN

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber – sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma – norma kehidupan atau mengganti norma – norma yang seharusnya dengan norma – norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas sumber daya alam.

Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari – hari manusia. Kiranya tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam kelestarian maupun kerusakan lingkungan yang terjadi. Cara pandang dan sikap manusia terhadap lingkungan hidupnya menyangkut mentalitas manusia itu sendiri yang mempertanyakan eksistensinya di jaman modern ini. Kerusakan terhadap ekologi lingkungan menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi lingkungan di sekelilingnya. Sebagai contoh adalah masalah pemanasan global. Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan sangat meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan hutan tidak dipelihara. Ada beberapa akibat yang akan ditimbulkan, antara lain adalah perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga berpengaruh pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah terjadinya banjir dan erosi di daerah daerah tertentu.

Sebenarnya, manusia hanyalah sebagian kecil dari alam ini. Tapi, tindakannya yang sembrono dan serakah menyebabkan banyak spesies punah tiap tahunnya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan melebihi dari makhluk lain di alam ini, jadi seharusnya dapat mendayagunakan kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan ekosistem. Manusia diharapkan dapat merubah sikapnya destruktif ke konstruktif. Akal budi bisa digunakan untuk memperbaiki alam.

1 comments:

madenpach mengatakan...

Casino at Hwy 50 - JTHub
Hotel 여주 출장안마 and Casino at Hwy 속초 출장안마 50 offers gaming, dining, lodging, 군포 출장마사지 and ridesharing. 군포 출장샵 Book online or call 1-800-GAMBLER at (857) 447-6060. 안동 출장안마

Posting Komentar